BERKAH News24 - Pelajar SMAN 3 Taruna Angkasa Jawa Timur di Kota Madiun membuat karya ilmiah limbah jerami dan bonggol jagung menjadi bahan plastik. Hasil bahan plastik dari olahan jerami padi dan bonggol jagung berupa lembaran tipis menjadi bioplastic atau bahan mudah terurai.
Medali emas pun diraih atas inovasi tersebut di ajang Indonesian Young Scientist Association (IYSA) yang diselenggarakan oleh Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) yang ke-3 secara hybrid dari Bogor. Ajang itu sendiri diikkuti oleh 154 peserta dari berbagai negara.
"Alhamdulillah dapat medali emas bidang innovation science dalam karya ilmiah bahwa limbah jerami padi dan bonggol jagung bisa dijadikan bioplastic atau bahan yang mudah terurai jika jadi sampah," kata Avesheina Abdurrazaq Alaziz siswi kelas XII MIPA 1 SMAN 3 Taruna Angkasa kota Madiun kepada detikJatim, Sabtu (25/1/2025).
"Project kemarin kami beri nama MIGUTIK yang berasal kependekan dari jerami jagung plastik. Yakni ide membuat plastik yang mudah terdegradasi (biodegradable plastic). Hal ini karena kita melihat lingkungan asrama di mana para murid, guru dan tenaga kependidikan masih seringkali menggunakan plastik sintetis dalam kehidupan sehari hari. Serta limbah jerami dan bonggol yang memiliki potensi untuk dikenbangkan. Maka muncullah ide untuk mengolah limbah pertanian di lahan pertanian sekitar sekolah untuk menjadi pengganti plastik sintesis yang nantinya bisa mendukung program SDGs ke depannya," ungkap Avesheina.
Muhammad Farhan Al hafidz XII MIPA 7 yang juga peserta tim menyebut untuk membuat suatu plastik harus didapatkan komponen pendukungnya utamanya yaitu berupa "selulosa". Selulosa merupakan suatu polimer molekul besar yang kuat yang terkandung pada limbah jerami dan bongkol jagung yang masih dalam bentuk lignoselulosa.
"Proses pembuatan dimulai dari menyiapkan sampel yaitu dicuci kemudian dijemur dan dihaluskan hingga menjadi partikel serbuk. Kemudian memisahkan jaringan lignoselulosa agar dapat diambil selulosanya melalui proses delignifikasi menggunakan larutan Basa yaitu NaOH 4% dengan proses pengadukan lalu pemanasan selama +/- 2 jam hingga tersisa residu. Terpisahnya jaringan lignin dari lignoselulosa ditandai dengan menghitamnya sampel yang kemudian dicuci menggunakan air aquades hingga ph netral," papar Farhan.
"Setelah itu, untuk membersihkan sisa kotoran dan memberikan hasil maksimal kami menambahkan HCl 1% dengan proses pengadukan lalu pemanasan kembali hingga +/- 2 jam hingga tersisa residu. Proses pencucian dilakukan kembali hingga pH netral. Karena jerami dan bonggol jagung memiliki pigmen asli berupa kuning kecoklatan maka kami menggunakan larutan Ca(ClO)2 atau yang lebih dikenal dengan kaporit untuk menghilangkan pigmen asli dari sampel yang kemudian dilakukan pencucian. Setelah didapatkan selulosa yang bersih maka tahap selanjutnya adalah memplastikkan. Untuk membuat jaringan plastik maka ditambahkan plasticizer yaitu gliserol dengan katalis asam asetat atau cuka dan bahan tambahan seperti kitosan, gelatin," imbuh Farhan.
Menurut Farhan untuk memperkuat elastisitasnya maka ditambahkan filler seperti ZnO 5% agar terbentuk jaringan plastik yang elastis namun juga ramah lingkungan. Percobaan dilakukan dalam waktu 8 bulan.
"Kami melakukan percobaan ini hingga 25x selama 8-10 bulan hingga mendapatkan hasil sampel plastik yang baik. Dari mulai awal kesulitan memisahkan selulosa dari lignin kemudian bahkan tidak bisa lepas dari cetakan atau bahkan justru terbentuk kertas dan bukan plastik karena komponen selulosa juga digunakan sebagai bahan pembuat kertas hingga menemukan formula yang sesuai. Selain itu pada proses pembuatanya kami memanfaatkan limbah seperti bahan utamanya berasal dari limbah pertanian dan aquades yang digunakan juga menggunakan limbah air sisa pembuangan AC," tandas Farhan.
Afflatus Felician Ceesar kelas XI-1 menambahkan bahwa hasil uji yang dilakukan terbukti bahwa sampel bioplastic yang diteliti mampu terdegradasi sebanyak 78,43%. Yakni selama 9 hari dengan proses penguburan di dalam tanah yang memiliki kandungan C-ORGANIK 21,7834% yang sudah diuji oleh SMKN 3 Kimia Madiun dan hasil uji elastisitas oleh UPT Laboratorium Universitas Diponegoro didapatkan hasil elastisitas terbaik adalah sampel 1 dengan elongation break sebesar 22%.
"Apabila dikaji dari segi keterserapan limbah, 1 ton jerami dan bonggol jagung dapat menghasilkan 53.330 lembar plastik, dengan lebar 30x27. Saat ini hasil penelitian kami baru berupa lembaran plastik. Untuk ke depannya masih diperlukan pengembangan formula lanjutan agar bisa mendapatkan hasil yang maksimal dan proses pencucian dilakukan kembali hingga pH netral," ungkap Afflatus.
"Untuk membuat jaringan plastik maka ditambahkan plasticizer yaitu gliserol dengan katalis asam asetat atau cuka dan bahan tambahan seperti kitosan, gelatin. Untuk memperkuat elastisitasnya maka kami menambahkan filler seperti ZnO 5% agar terbentuk jaringan plastik yang elastis namun juga ramah lingkungan," tandas Afflatus.
Sementara itu perwakilan Tim Pembina Prestasi Sekolah SMAN 3 Taruna Angkasa Jawa Timur di kota Madiun, Erta Alifah Febrianti mengatakan kompetisi ini diikuti oleh 154 tim finalis dari 12 negara. Pihaknya mengirimkan lima siswa dalam kompetisi hingga SMAN 3 Taruna Angkasa Jawa Timur di Kota Madiun meraih medali emas. Selain itu juga ada SMAN 1 Maos yang juga menyumbangkan medali untuk Indonesia dan Kabupaten Cilacap.
"Indonesian Young Scientist Association (IYSA) menyelenggarakan Global Youth Invention and Innovation Fair (GYIIF) yang ke-3 secara hybrid dari Bogor pada tanggal 8 sampai 10 Januari 2025. Pada tahun ini pelaksanaan final GYIIF dibarengkan dengan pelaksanaan International Young Moslem Inventor Award (IYMIA) ke-3. Alhamdulillah dapat medali emas bisa menambah semangat siswa kita dalam karya ilmiah," ujar Erta.
Data yang dihimpun dari 12 negara finalis yakni Indonesia, Mexico, Kazakhstan, Thailand, Philipina, Turki, Hongkong, Rumania, Kongo, Vietnam, China, Malaysia. SMAN 3 Taruna Angkasa Jawa Timur di Kota Madiun saat ini ada hampir seribu pendaftar PPDB tahun ajaran 2025/2025. Mereka bersaing memperebutkan 270 kursi siswa.(sumber : detikjatim)