BERKAH News24 – Berjalan menyusuri jalan jalan di Kota Madiun, menjadi keseharian aktivitas yang dilakoni Mujiati (44). Warga yang tinggal di sebuah kontrakan sekitar Joyo Kota Madiun ini, rela berjalan kaki sambil menggandeng sepeda anginnya, yang dijadikan sebagai alat angkut rosok.
![]() |
Mujiati bersama anaknya saat berkeliling mencari rosok di wilayah Kota Madiun, Rabu (19/02/2025) |
Bukan itu saja, ibu tiga anak ini juga harus mengajak anak bungsunya yang baru berusia lima tahun untuk berkeliling mencari rosok, dengan dudukan yang ada didepan sepedanya.
“Anak saya yang pertama tidak sekolah, yang kedua sekolah di STM (SMK) 1, dan yang ketiga baru berusia 5 tahun”, ujar Mujiati, Rabu (19/02/2025).
Mujiati menceritakan, pekerjaan menjadi pemulung ini sudah dilakukannya sejak tahun 2016 lalu. Saat itu, dia hanya bisa menempati emperan sebuah toko sebagai tempatnya berteduh. Kondisinya menjadi lebih buruk ketika mau tidak mau dia harus menanggung bebannya sendiri, setelah ditinggal suaminya.“Pas hamil anak saya yang kecil ini, suami ngajak pisah. Jadi ya sekarang sendiri”, lanjutnya.
Mulai pagi hingga bahkan malam hari, Mujiati seakan tak pernah lelah mengais barang barang rosok yang mungkin bisa dia jual ke pengepul. Baru setelah sekitar tiga minggu, dari pengepul mendatanginya untuk membeli rosok yang telah dikumpulkannya.
“Biasanya tiga minggu sekali, juragannya (pengepul) datang untuk mengambil. Kalau harganya ya untuk botol atau gelas air mineral itu per kilo Rp 2 ribu. Kalau kardus itu Rp 1.700 per kilo. Kalau setiap hari keliling dari pagi hingga malam. Bahkan sampai jam 1 atau jam 2 malam”, terangnya.
Mujiati hanyalah satu dari sekian banyak warga yang tetap
harus berjuang untuk bisa menghidupi keluarganya. Kerja keras yang semangat
yang pantang menyerah mungkin bisa menjadi teladan. Namun perhatian dari
pemerintah dan pihak terkait tentu sangat dibutuhkan untuk meringankan beban
warga seperti Mujiati ini.(Tim BN24)